Perbedaan Kurang Darah dengan Darah Rendah
Kurang darah dan darah rendah sering dianggap sama karena keduanya menimbulkan gejala serupa, seperti lemas dan pusing. Padahal, keduanya adalah kondisi yang berbeda, baik dari segi penyebab maupun penanganannya. Kurang darah dikenal dengan istilah anemia, sedangkan darah rendah disebut hipotensi.
Pengertian Kurang Darah
Kurang darah atau anemia adalah kondisi ketika tubuh kekurangan sel darah merah atau kadar hemoglobin di dalam darah menurun. Hemoglobin adalah protein dalam sel darah merah yang bertugas mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh.
Penyebab Anemia
-
Kekurangan zat besi, vitamin B12, atau asam folat.
-
Perdarahan kronis, seperti menstruasi berlebihan atau perdarahan saluran cerna.
-
Gangguan sumsum tulang yang mempengaruhi produksi sel darah merah.
-
Penyakit kronis atau infeksi.
Pengertian Darah Rendah
Darah rendah atau hipotensi adalah kondisi di mana tekanan darah seseorang berada di bawah batas normal. Secara medis, hipotensi didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik di bawah 90 mmHg dan diastolik di bawah 60 mmHg.
Penyebab Darah Rendah
-
Dehidrasi atau kekurangan cairan tubuh.
-
Penyakit jantung, seperti gagal jantung.
-
Obat-obatan tertentu, seperti diuretik atau antidepresan.
-
Perubahan posisi mendadak, misalnya dari berbaring langsung berdiri (hipotensi ortostatik).
Perbedaan Kurang Darah dengan Darah Rendah
-
Kurang darah (anemia) dan darah rendah (hipotensi) sering dianggap sama, padahal keduanya adalah kondisi yang berbeda baik dalam definisi, penyebab, maupun penanganannya.
-
Anemia terjadi ketika tubuh kekurangan sel darah merah atau kadar hemoglobin, yang menyebabkan kemampuan darah membawa oksigen ke seluruh tubuh menurun. Sementara itu, hipotensi adalah kondisi di mana tekanan darah seseorang lebih rendah dari batas normal, yaitu di bawah 90/60 mmHg.
-
Dari sisi gejala, penderita anemia sering mengalami kelelahan, pucat, sesak napas, pusing, detak jantung cepat, dan penurunan energi.
Sementara itu, penderita hipotensi biasanya mengalami pusing, pandangan kabur, lemas, mual, atau merasa berkunang-kunang, terutama saat berdiri setelah duduk atau berbaring. Pada kasus yang lebih berat, hipotensi dapat menyebabkan pingsan.
-
Pengukuran kedua kondisi ini juga berbeda. Anemia dideteksi melalui pemeriksaan kadar hemoglobin dalam darah. Menurut standar WHO, kadar hemoglobin di bawah 12 g/dL pada wanita dan 13 g/dL pada pria menandakan adanya anemia.
Di sisi lain, hipotensi diukur dengan tensimeter. Jika tekanan darah seseorang berada di bawah 90/60 mmHg, ia dianggap mengalami hipotensi.
-
Dalam hal penanganan, anemia umumnya ditangani dengan pemberian suplemen zat besi, vitamin B12, atau asam folat, serta dengan mengatasi penyebab kehilangan darah.
-
Sementara itu, hipotensi ditangani dengan meningkatkan asupan cairan, mengubah gaya hidup, atau menggunakan obat-obatan tertentu untuk menaikkan tekanan darah, terutama jika penyebabnya terkait dengan masalah medis serius.