Medan, Dosen Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) mengajarkan Astrolabe (Instrumen Astronomi) di SMA Sains Plus dan Tahfidz Qur’an Al-Ammar Tanjung Morawa, Sabtu (5/6/21).
Kegiatan ini merupakan Program Kemitraan Masyarakat (PKM) yang didanai oleh UMSU yang diketuai Dr. Hasriyan Rudi Setiawan, M.Pd.I dan Dr. Arwin Juli Rakhmadi Butar-Butar, MA.
Kegiatan yang mengangkat judul “Pemanfaatan Instrumen Astrolabe Pada Mata Pelajaran Ilmu Falak” ini berlangsung dengan tetap menerapkani protokol kesehatan Covid-19.
Hasriyan Rudi Setiawan mengatakan dalam pelaksanaannya, siswa/i diberikan penjelasan terkait sejarah, fungsi dan kegunaan Astrolabe, serta para siswa/i juga diberikan prototype Astrolabe sehingga para siswa dapat mempraktekan secara langsung alat tersebut.
“dapun fokus kajian pada kegiatan ini yaitu penggunaan astrolabe dalam menghitung waktu shalat,” ujar Hasriyan Rudi Setiawan dalam keterangan tertulisnya, Minggu malam (6/6/21)
Pihak SMA Sains Plus dan Tahfidz Qur’an Al-Ammar Tanjung Morawa sangat menyambut baik program ini karena sejalan dengan salah satu tujuan yang diusung sekolah, yaitu menghasilkan generasi yang menguasai ilmu sains sesuai dengan khazanah pemikiran dan peradaban Islam.
Hasriyan menjelaskan, Astrolabe adalah ilmu yang mengkaji tentang tata cara untuk mengetahui posisi bintang-bintang secara lebih mudah dan teliti, antara lain mengetahui ketinggian, terbit-tenggelam matahari, mengetahui zenit kiblat, mengetahui lintang tempat, dan lain-lain
Ia mengungkapkan, muslim pertama yang membuat alat astronomi astrolabe adalah Ibrahim al-Fazzari (w. ± 180/796). Al-Bīrūnī (w. 440/1048) juga tercatat pernah menggunakan astrolabe mekanik untuk menentukan kalender bulan-matahari.
“Al-Bīrūnī memiliki satu karya monumental tentang alat ini berjudul “Istī’āb al-Wujūh al-Mumkinah fī San’ah al-Usthurlāb”,” ujar Hasriyan.
Heru Mataviani, Ketua Lembaga Sains SMA Sains Plus dan Tahfidz Qur’an Al-Ammar Tanjung Morawa, dalam kata sambutannya mengatakan pembelajaran tentang astrolabe ini sangat penting, bahkan wajib dipelajari oleh pelajar.
Sebab, kata Heru Mataviani, penggunaan astrolabe telah berkembang sejak peradaban Islam (Abad Pertengahan) yang penggunaannya meluas pada kepentingan dan kegunaan yang berhubungan dengan ibadah seperti penentuan waktu shalat, arah kiblat, dan lain-lain.
“Terlebih SMA Sains Plus dan Tahfidz Qur’an Al-Ammar Tanjung Morawa mengajarkan Ilmu Falak yang termuat dalam kurikulum, sehingga PKM ini sangat sesuai dan membantu para siswa memahami Ilmu Falak lebih dalam melalui penggunaan instrument astronominya,” ujar Heru.
Di akhir kegiatan, Hasriyan Rudi Setiawan, memberikan secara simbolis prototype Astrolabe kepada Kepala SMA Sains Plus dan Tahfidz Qur’an Al-Ammar Tanjung Morawa, Fauziah, dengan harapan kegiatan ini dapat terus berjalan dan dapat terus bersinergi. **