Disrupsi berarti perubahan yang mendasar atau fundamental. perubahan-perubahan mendasar ini sebenarnya sudah menjadi wacana dari berbagai bidang seperti bidang pendidikan, ekonomi, bisnis, teknologi, komunikasi, sosial politik dan lain sebagainya.
Hal tersebut dikatakan Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sumatera Utara Prof. Dr. H. Hasyimsyah Nasution, MA dalam kajian Ramadhan UMSU yang diikuti oleh civitas akademika universitas Muhammadiyah Sumatera Utara, Senin (26/4)
Berbicara tentang Disrupsi Hasyimsyah menyampaikan Sebagai seorang manusia, kita harus memiliki cara dalam menyikapi perubahan diera disrupsi tersebut, salah satunya melalui eksistensi spritualitas sebagai dasar utama. Dalam hal ini, Hasyimsyah mengambil contoh di dalam Al-Qur’an yang tercantum dalam QS Shad ayat 72 yang berbunyi “maka apabila telah kusempurnakan kejadiannya dan kutiupkan kepadanya ruh (ciptaan) ku, maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya” Dan QS Al-Mu’minun ayat 12 dan sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah.
Dia menyebutkan dari dua ayat tersebut dapat disimpulkan begitu luar biasanya cara Allah dalam proses menciptakan manusia, dunia dan semua isinya, dan Allah maha mengetahui apa yang tidak kita ketahui, sehingga tugas kita sebagai manusia harus memiliki kepercayaan bahwa tidak ada yang patut di sembah di dunia ini selain Allah SWT.
Berbicara tentang Spritualitas intinya adalah ruh, ruh pemberian Allah fungsinya agar manusia menyembah Allah, biar konek antara manusia dengan Allah SWT, ini lah yang harus dipakai apabila terdapat perubahan, sekaligus perbuhan itu sampai kepada perubahan yang fundamental, Ujarnya.
Dikatakannya cara kita menghadirkan Ruhani dalam menghadapi perubahan, diantaranya Kita harus memahami Ruh itu sejatinya yang menggerakkan dan memberikan penghayatan kepada sesuatu sedangkan jasad hanya sebagai tempatnya. Oleh karena itu Kita harus mampu melihat Perubahan itu cepat atau lambat, fundamental atau tidak, individu atau kelompok, dan lain sebagainya melalui pendekatan Ruhani, Isyari dan irfani, Ujarnya.
Eksistensi spritualitas atau ruhaniah dalam disrupsi, harus sejalan dengan besarnya disrupsi yang hadir, begitupula besarnya eksistensi ruhaniah itu kita hadirkan untuk mengimbangi perubahan-perubahan yang kita hadapi, Tambahnya.