Apa sih kerjanya DPR? Kenapa selalu dicap buruk?
Rasa penasaran dan ingin tahu yang besar, menghantarkan mahasiswa berkacamata ini, bertamu selama tiga bulan di rumah Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia,
yang mungkin tidak semua mahasiswa bisa leluasa bertandang di sana.
Inilah kisah Aldo Marfah, mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (FEB UMSU) jurusan manajemen semester 8. Di penghujung perjuangannya menyelesaikan kuliah, mahasiswa berkacamata yang tergabung dalam organisasi IM3 (Ikatan Muda-Mudi Melayu Indonesia), berkesempatan magang bersertifikat dari program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) di Sekretariat Jenderal Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (Setjen DPR-RI) selama tiga bulan sejak 1 September hingga 31 desember 2021.
Kesempatan yang ia dapatkan tidak datang begitu saja, semua yang didapatkan hasil dari usaha, doa dan kerja keras. Berdasarkan penuturannya ketika diwawancarai tim Humas UMSU, saat memutuskan menerima interview dan magang di rumah Dewan Perwakilan Rakyat, ia telah menolak setidaknya lima perusahaan seperti Shopee, DANA dan lain yang telah meminangnya menjadi peserta magang.
“Saya sangat bersyukur banget ya kak, apalagi di UMSU ini ada Career Development and Alumni Centre (CDAC). Jadi UMSU ini benar-benar menyediakan dan memfasilitasi tata cara pendaftaran Magang dan Studi Independen Bersertifikat (MSIB),” tuturnya penuh semangat.
Ya, cara Aldo mengetahui informasi magang bersertifikat di bawah naungan Kemdikbud cukup unik. Semua berawal dari grup kelas, salah seorang teman membagikan alamat situs CDAC yang menjelaskan tata cara mendaftar program magang MBKM. Katanya, mulai dari langkah pertama seperti membuat akun dan semua langkah pendaftaran magang sudah tersedia di website CDAC UMSU tinggal mengikuti saja.
Ketika dinyatakan berhak menjadi salah satu mahasiswa dari seratus lima puluh mahasiswa se-Indonesia yang terpilih magang di Setjen DPR-RI. Aldo memulai petualang magangnya dengan sistem hybird yakni perpaduan anatara online dan offline. Di dua minggu pertama, ia menjalankan magang secara online di kota Medan. Setelah itu, dengan semangat penuh ia berangkat ke Jakarta menginjakkan kaki di Setjen DPR-RI.
“Sesampainya di Jakarta, sistemnya hybird juga karena tetap menjaga protokol kesehatan dengan ketat,” ujarnya antusias. Ia bersyukur seluruh biaya keberangkatan telah ditanggung dan biaya kehidupan selama magang di rumah dewan perwakilan rakyat juga dipenuhi.
Lelaki itu, menghabiskan masa magangnya tak sendirian, ia dipertemukan dengan mahasiswa hebat lainnya yang berasal dari Sabang sampai Merauke seperti UI, UGM, UNDIP, UNPAD dan sebagainya. Terpilih dari dari 17000 mahasiswa yang berebut magang di rumah dewan, menjadikan tekad Aldo lebih kuat dalam menyelesaikan masa magangnya.
“Jadi yang terpilih itu 150 mahasiswa dari sabang sampai marauke ya kak. Kalau di Sumatera Utara cuman ada dua salah satunya saya perwakilan UMSU. Nah, 150 mahasiswa ini dibagi menjadi 11 kelompok dan dua bagian yaitu bagian parliament trainee dan data analis. Kebetulan saya ditempatkan di kelompok 7 (Zainul Arifin) bagian parliament trainee,” jelasnya.
Di kelompok 7, Aldo didampingin dua mentor terbaik yakni Atisa Praharini, S.H, M.H sebagai Perancang Peraturan Perundang-Undangan Ahli Madya dan Slamet Widodo, S.E., M.E sebagai Analis Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Ahli Madya.
Lantas bagaimana sih kisah rakyat yang magang di kantor dewan perwakilan rakyat?
Ketika ditanya tentang tugasnya, Aldo selaku mahasiswa yang berasal dari rakyat menceritakan dengan antusias pengalamannya selama magang. Setiap minggunya, mahasiswa yang berlatar belakang pendidikan manajeman ini berkesempatan mengenal setiap komisi, sehingga dari minggu ke minggu ia terus dipandu mengelilingi komisi satu hingga sebelas untuk belajar bagaimana dewan perwakilan rakyat menjalankan tugas
.
“Jadi, kita setiap minggunya itu ditempatkan di beda-beda komisi, Minggu pertama di komisi satu, Minggu kedua di komisi kedua, Minggu ketiga di anggaran, Minggu keempat di Puslit. Jadi kita setiap minggunya bergantian,” ujarnya mengingat kembali petualangannya di akhir tahun 2021.
Selain diajak berkeliling komisi, Aldo berkesempatan terlibat di dalam debat dan diskusi membahas RUU PKS yang kemudian disahkan pada bulan Juanuari 2022, “Waktu di Baleg (Badan Legislatif) sekitar Desember akhir, saya dan teman magang lainnya ikut memberikan suara dan debat-debat kecil tentang RUU PKS. Suara dari kami dan debat-debat kecil itu benar-benar mereka dengarin,” tuturnya.
Pengalaman lain yang tak terlupakan dari petualangan Aldo bertamu di rumah Dewan Perwakilat Rakyat adalah mempelajari sistem anggaran Undang-Undang Dasar, mengenal lebih dekat divisi Pusat Penelitian (Puslit) yang penuh dengan pengumpulan isu dan semangat menjalankan program kerja.
Perjalanan ini telah menjawab rasa penasaran tentang DPR-RI. Ada banyak pembelajaran dan pengetahuan baru yang ia rengkuh. Jika di perkuliahan hanya mengenal manajeman, melalui program ini lelaki itu mengaku belajar banyak hal yang sebelumnya tidak pernah terpikirkan.
“Sukanya banyak banget kak, karena saya di sana belajar banyak tentang sistem pemembuatan undang-undang mulai dari tahap-tahapannya, mengetahui apa saja yang harus dibahas dari rapat satu sampai rapat akhir paripurna, itu kita benar-benar ikut serta dan tau bagaimana sistemnya membuat undang-undang. Terus, mengetahui bagaimana kinerja dari komisi 1 hingga komisi 11. Walaupun saya dari manajemen tapi masih ada terkaitannya di bagian anggaran,” ujarnya saat ditanya suka duka.
Ibaratkan suatu masakan, tidak mungkin terasa manis saja beberapa kali terasa pula asin dan pahit. Begitu pula dengan perjalanan Aldo menyelesaikan magangnya, meski banyak pengalaman menarik dan berkesan, ia mengaku mengalami beberapa duka yang masih bisa teratasi.
“Dukanya ya ka? Hemm.. Ini sih di magang di Setjen DPR-RI ini kan setiap Minggu berganti-ganti ke komisi lain. Jadi cuman dikasih waktu sebentar gitu untuk mengenal di setiap komisi. Terus, Serunya tapi duka juga sih, pas di pusat penelitian (Puslit) kita disuruh mengerjakan isu brief dalam waktu satu hari gitu dan harus dipersentasikan besoknya. Saya juga mengerjakan proposal penelitian dalam waktu dua hari. Walaupun waktunya itu deadline banget, Alhamdulillah ya bisa dijalani dengan dibantu mentor, setelah persentasi pun diberi masukan atau revisi oleh mentornya,” ujarnya mengingat bahwa pekerjaan-pekerjaan di DPR-RI sering kali menerapkan deadline yang singkat.
Menutup kisahnya, Aldo memberikan tips kepada mahasiswa lain yang ingin berhasil mengikuti program magang bersertifikat MBKM di tempat yang dituju. Berdasarkan pengalamannya, Aldo mengatakan keatifan organisasi sangat berperan dan menjadi salah satu penentu diterima tidaknya mahasiswa untuk magang di suatu perusahaan.
“Pesan untuk pejuang MSIB, cantumkan organisasi yang pernah diikuti ke dalam CV agar perusahaan tertarik. Misalnya saya menyantumkan di CV beberapa pengalaman saya seperti bekerja di pegawai notaris, pengadilan agama negeri Medan dan Berastagi Tiara. Jadi perusahaan benar-benar tertarik karena melihat CV kita itu bagus. Terus pas di wawancara kan ditanya tentang organisasi apa yang dilakukan di luar kampus. Jelaskan aja, kebetulan saya kebetulan mengikuti organisasi IM3I, nah itu saya jelaskan,” ujarnya menutup kisah. (Pny)
wow umsu keren