Dicky Ramadhan, mahasiswa yang tercatat aktif di Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara, , semester 7 FKIP Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia terpilih sebagai pemuda yang mewakili Provinsi Sumatera Utara dalam Kegiatan Kapal Pemuda Nusantara/Lintas Nusantara Remaja/Pemuda Bahari (KPN/LNRPB) “Sail Tomini 2015”.
Berikut ini kisah Ramadhan mengikuti kegiatan “Sail Tomini 2015” yang ia tuturkan.
Ramadhan mengawali keberangkatannya di pelabuhan Tanjung Priok Jakarta. Waktu itu Ramadhan bertemu rekan-rekan pemuda dari 33 Provinsi seluruh Indonesia ditambah 4 negara ASEAN (Malaysia,Vietnam, Filiphina, dan Timor Leste). Setelah registrasi seksi acara mengumumkan jumlah peserta KPN/LNRPB “Sail Tomini 2015” sebanyak 280 Peserta.
“Suasana barupun mulai saya rasakan di atas kapal, seperti tempat tidur yang terdiri dua lantai, Kamar mandi yang tidak memiliki penutup,dan banyak suasana yang berbeda saya rasakan sebelumnya,” cerita Ramadhan.
Di atas kapal, lanjut Ramadhan banyak materi seminar maupun symposium yang diberikan oleh pembicara handal, seperti :raktik membatik menggunakan canting oleh putra putri Batik Nusantara 2014, materi Tugas dan fungsi TNI AL , materi DAWLHANLA (Pemberdayaan Wilayah pertahanan laut) , materi Survei dab pemetaan Hydro Oceonografi, materi Eksplorasi sumberdaya alam lepas pantai ol dan banyak lagi materi lainnya.
“Keseluruhan materi diatas saya dapatkan selama pelayaran di kapal KRI Teluk Bintuni 520. Tidak hanya materi yang saya dapatkan, kegiatan seperti Diskusi kelompok, workshop, LKBB, dan pagelaran Seni Budaya juga saya laksanakan. Selama pelayaran saya dibimbing oleh DANSATGAS/WADANSATGAS, panitia yang diseleksi dari alumni KPN tahun sebelumnya dan seluruh angkatan TNI AL KRI Teluk Bintuni 520,” ujarnya.
Ramadhan juga menceritakan bagaimana di atas kapal mereka disuruh membentuk 9 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 28 Orang. Setiap tim kelompok diberi nama kepulauan yang akan mereka singgahi. “Misalnya kelompok saya bernama Togean Island. Saya dan rekan-rekan pemuda yang lain saling berinteraksi di atas kapal, saling berbagi informasi budaya dan pariwisata daerah tinggal kami masing-masing,” jelas Ramadhan.
Bukan hanya itu, lanjut Ramadhan, setiap hari aktivitas dikapal mereka selalu melaksanakan apel pagi dan apel malam yaitu apel kelengkapan para peserta. Setiap harinya tiap-tiap kelompok saling bergantian menjadi ketua kelompok. “Disini saya merasakan tantangan menjadi seorang pemimpin. Kalau biasanya saya memimpin di organisasi yang satu suku dan bahasanya, maka diatas kapal saya harus memahami kondisi Suku Agama dan Ras (SARA) dari rekan-rekan pemuda seluruh Indonesia bahkan ASEAN. Sungguh ini pengalaman yang mahal, karena dikegiatan ini saya bisa mengasah kemandirian dan hubungan sosial saya terhadap lingkungan yang belum saya kenal,” ungkapnya dengan bangga.
Lantas, bagaimana soal makan ? Ramadhan menceritakan, setiap hari mereka diberi makan, yang memasaknya yaitu ABK Kapal. Setelah makanan masak, maka setiap kelompok tiap hari secara bergiliran piket menjadi penanting. “Penanting itu adalah nama istilah piket melayani makan di kapal. Tugas menjadi penanting itu bermacam-macam, ada yang kebagian menyuci piring, melayani hidangan, sampai mengambil omprengan (Piring aluminium) untuk rekan-rekan pemuda yang telah selesai makan,” jelasnya.
Selain itu Ramadhan juga menceritakan bagaimana selama dikapal gelombang laut sangat besar, sehingga itu membuat mereka memilih jarang makan. Berada ditengah lautan membuat mereka harus menahan ayunan dan hantaman gelombang Ombak yang besar. Akibatnya, tidak sedikit pada hari kelima pelayaran rekan-rekan pemuda bahari jatuh sakit dan balai kesehatanpun ramai dihuni dengan keterangan yang bermacam-macam, ada yang mual,pusing, muntah-muntah, sampai pingsan tak sadarkan diri juga ada, peralatan seperti infus juga kehabisan persediaan.
“Tapi untungnya saya sendiri tidak pernah kebalai kesehatan. Insyallah saya terus menjaga kondisi kesehatan saya. Jika waktunya makan maka saya makan, walaupun lauk makanan yang diberikan setiap hari tidak berganti menu, tapi saya harus tetap makan,.Kalaupun sekiranya saya mual, setidaknya ada isi yang dikeluarkan dalam perut saya,” jelasnya.
Ramadhan tak lupa pula menceritakan kepulau mana saja yang menjadi destinasi kunjungan mereka, yakni Kota Baru ( Kalimantan Selatan), Pulau Siau (Sulawesi Utara), Pulau Sulamadaha (Ternate, Maluku Utara) dan Parigi Moutong (Sulawesi Tengah).
Ramadhan mengatakan, di kabupaten Parigi ini kegiatan puncak berlangsung. Persiapan demi persiapan dilaksanakan demi kesuksesan acara puncak.
Acara Puncak Sail tomini di hadiri oleh Bapak presiden Republik Indonesia, yaitu Bapak Joko Widodo dan Ibu Negara, Rombongan para menteri, Seperti Menko Pemka Ibu Puan Maharani, menteri Pemuda dan Olahraga bapak Imam Nahrawi, para petinggi panglima bersenjata, para angkatan TNI AL, AD, dan AU juga meramaikan kegiatan puncak Sail Tomini 2015. Di akhir kegiatan mata saya disuguhkan dengan parade kapal,pesawat tempur dan motor tank.
Parade seling pass juga membuat bulu kuduk penonton merinding, para kapal perang banyak hadir dalam selling pass, termasuk kapal korea selatan, Malaysia, dan kapal Amerika. Para penerjun payung melakukan fly over dengan membawa bendera merah putih. Para kayang juga ikut serta meramaikan parade fly ofer.
“Sungguh kebahagiaan dan keharuan saat menyaksikan parade kegiatan fly over maupun saling pass, nasionalisme saya sebagai pemuda semakin bertambah, jiwa merah putih saya berkibar. Ternyata Indonesia adalah negeri yang amat kaya dilimpahi laut yang luas, pulau-pulau yang cantik, keragaman adat yang memesona. Parigi Moutong salah satu pulau yang membuat aku tahu bahwasanya mutiara khatulistiwa dibawah laut itu memang ada. Sungguh indah, setelah acara puncak usai pada malam harinya kamipun bergegas ke bukit PMK (Parigi Moutong Mutiara khatulistiwa) di bukit itu kami melakukan pesta kembang api serta melepas 500 lampion ke langit. Sungguh kebahagiaan yang tak terbatas,” cerita Ramadhan dengan bangga.
Selanjutnya, kata Ramadhan, Pulau Muna adalah destinasi terkahir mereka sebelum balik ke tanjung priuk. Di pulau Muna mereka melakukan pesiar sepuasnya.Cerita unik mereka rasakan saat di Pulau Muna. Bertepatan hari itu Idul Adha (lebaran haji). Jadi mereka mengumpulkan uang untuk membeli kambing dan lembu untuk makan di kapal.
“Sungguh kebahagiaan yang tak bisa dibeli saat kami bisa membeli hewan kurban dengan uang kami seluruh yanga da dikapal, dan juga kami memotong dan memasak daging kurban itu secara sama-sama. Keesokan paginya saat takbir menggema kami melaksanakan shalat idul adha secara bersama-sama di atas kapal,” ujar Ramadhan.
Kegiatan KPN/LNRPB “Sail Tomini” 2015 dilaksanakan setiap satu tahun sekali oleh Menteri Pemuda dan Olahraga dengan tujuan menanamkan kecintaan pemuda Terhadap Tanah air, meningkatkan kecintaan kebaharian di kalangan pemuda, mengembangkan jiwa wirausaha dan industry kebaharian di kalangan pemuda, dan serta meningkatkan persaudaraan dan kerjasama di kalangan pemuda. Untuk tahun ini kegiatan KPN/LNRPB dilaksanakan di Teluk Tomini Sulawesi Tengah. Kegiatan ini dilaksanakan di Kapal Perang Indonesia yaitu KRI Teluk Bintuni 520. Kapal ini dikepalai oleh komandan Laut (P) Muharam. Kapal KRI Teluk Bintuni 520 adalah kapal perang yang dibuat dan dirancang langsung oleh pemuda Indonesia. Kapal ini diproduksi di Lampung, dan lokasi sandaran di Pelabuhan Bintuni papua Nugini. ***