Guru Besar Sosiologi Agama Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Prof Dr Syamsul Arifin meluncurkan bukunya berjudul,” Studi Islam Kontemporer, Arus Radikalisasi dan Multikulturalisme di Indonesia”, di Aula kampus Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) Jalan Muktar Basri, Medan, Kamis (19/3).
Peluncuran dan bedah buku itu, diprakarsai Fakultas Agama Islam (FAI) UMSU dan Pusat Studi Islam dan Muhammadiyah UMSU. Hadir saat itu, Wakil Rektor (WR) I UMSU Dr Muhyarsyah MM, Ketua Pusat Studi Islam dan Muhammadiyah UMSU Nur Rahmah Amini MAg, Dekan FAI Akrim SPdi MPd dan dosen pascasarjana Program Studi Filsafat Agama di Sekolah Tinggi Filsafat (STF) Driyarkara Dr Budhy Munawar Rahman sebagai narasumber pembedah buku.
Prof Syamsul Arifin menyampaikan, dari 10 negara berpenduduk mayoritas Islam, Indonesia menempati ranking teratas sampai tahun 2029. Menurutnya, hal itu dilihat dari sisi aspek jumlah terbanyak dan memiliki keragaman umat Islam.
“Keragaman masyarakat Islam semakin menarik, karena pengaruh perubahan Islam kontemporer yang saat ini terjadi. Transisi kejatuhan rezim orde baru memberikan peluang munculnya kelompok keagamaan garis keras seperti Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) dan Front Pembela Islam (FPI) sebagai kelompok keagamaan berbasis lokal,” paparnya. Akibatnya, disebutkan Syamsul, keberadaan kelompok ini dapat dikatakan sebagai bentuk perkembangan paling ekstrim yang menebar terror sekaligus menakutkan dari kelompok keagamaan radikal karena mengakibatkan korban nyawa, baik dari kalangan sipil, kerusakan rumah ibadah dan fasilitas umum sampai kerugian material.
Syamsul berharap, buku yang diluncurkan ini dapat memberikan kontribusi baik secara akademik maupun secara praktis.
Sementara Budhy Munawar berpendapat, Indonesia mempunyai kelompok Islam moderat. Kelembagaan Islam moderat ini ada dalam pengaruh langsung dan tidak langsung kearah orientasi studi Islam dua payung Islam.
Budhy menyebutkan, Islam moderat Indonesia adalah Nahdhatul Ulama (NU) disebut tradisionalis yang mengklaim mempunyai 40 juta umat, dan Muhammadiyah disebut modernis yang mengklaim memiliki 30 juta umat. Jika digabung, katanya, keduanya mewakili 70 juta umat Islam di Indonesia. Sementara kelompok muslim lainnya tersebar di seluruh tanah air.
“Artinya, masing-masing organisasi massa ini bisa memiliki orientasi studi Islam dan pemikiran yang tradisionalis (dekat dengan NU) atau modernis (dekat dengan Muhammadiyah),” katanya.
WR I UMSU Muhyarsyah pada kesempatan itu menyampaikan apresiasi yang tinggi atas peluncuran buku Studi Islam Kontemporer yang akan menjadi referensi bacaan bagi seluruh dosen, mahasiswa dan civitas akademika menyangkut pemahaman keragaman agama sekarang ini.