Dalam membaca Al-Qur’an itu diperlukan pendalaman dalam memahami ayat ayat yang dibaca. Dengan demikian, seseorang pembaca Al-Qur’an akan menguasai benar dan dapat melaksanakan apa yang menjadi pesan yang termuat dalam ayat-ayat Al-Qur’an yang kita baca tersebut.
Penegasan tersebut disampaikan Wakil Ketua Majelis Tabligh Pimpinan Pusat Muhammadiyah Drs Zaini Munir Fadloli MAg dalam tausiyahnya pada acara Silaturrahmi dan Buka Puasa Bersama Keluarga Besar Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) dan Muhammadiyah Sumatera Utara serta Pembukaan TOT Tafhim Al Qur’an Metode Manhaji Bagi Dosen AIK UMSU tahun 2013 di Auditorium UMSU Jalan Mukhtar Basri Medan, Jumat (26/07/2013).
Lebihlanjut disebutkannya pendalaman pemahaman Al Qur’an juga melibatkan hati (qalbun), bukan sekadar hanya dengan nalar (pikiran logis) saja. Jadi, antara hati dan nalar perlu disiapakan dalam proses pendalaman tersebut. Dalam dunia hati yang dicari adalah keharusan dan kelayakan sesuatu sehingga dianggap proporsional oleh kebanyakan orang. Sedangkan dalam nalar yang dicari adalah ketepatan dan keajegan keadaan yang dianggap proporsional pula oleh kebanyakan orang.
Untuk selanjutnya, disebutkannya, perlu juga tadzkir (pelafalan aslinya “tadzkiir”) yang berasal dari kata “dzakara” yang berarti mengingat. Yang dimaksud di sini adalah bahwa ketika seseorang membaca ayat-ayat Al-Qur’an,maka apa saja yang dipahami dan dikuasai secara mendalam perlu disimpan dalam alam memori (ingatan).
Dia juga mengungkapkan unsur terakhir dalam bangunan istilah “qiraa’ah” adalah dirasat (pelafalan aslinya “diraasat”) berasal dari kata, “darasa” yang berarti mempelajari. Dirasat di sini dimaksudkan adalah mengulang-ngulangi dalam membaca sehingga menjadi hafal. Arti lainnya adalah membaca secara berulang untuk memperluas pandangan atau wawasan. Dua pengertian ini pada hakikatnya saling menguatkan.
Sebelumnya Rektor UMSU Drs Agussani MAP mengatakan kegiatan buka puasa bersama ini dilaksanakan adalah untuk memperteguh ukhuwah dan silaturrahmi antara amal usaha Muhammadiyah dengan warga Muhammadiyah baik yang ada di Kota Medan maupun Sumut.
Selanjutnya bagi peserta TOT Tafhim Al Qur’an Metode Manhaji, Agussani mengingatkan dengan membaca, mempelajari dan mengamalkan Al Qur’an seseorang menjadi luas pandangan dan wawasan, tidak merasa tertelikung di ruang yang sempit dan pengap yang menyesakkan dada, melainkan merasa lapang tempat, berudara segar, dan longgar menarik nafas.
“Dengan dirasat seseorang yang membaca Al-Qur’an merasa mendapat pemecahan kalau ada permasalahan, mendapat ketenangan kalau ada kebingungan atau ancaman, mendapat nur (cahaya) kalau ada kegelapan, dan mendapat keteduhan kalau ada kegundahan,” ujarnya.