Ribuan warga dari berbagai daerah di Sumatera Utara memadati kampus Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara di Jalan Panglima Denai Medan, Rabu, untuk bisa menyaksikan gerhana matahari sebagian dan melaksanakan shalat gerhana.
Warga yang datang sudah mengantri sejak subuh untuk mendapatkan kacamata khusus guna melihat gerhana matahari. Pihak UMSU membagikan sebanyak 2000 kacamata kepada masyarakat yang ingin menyaksikan langsung proses gerhana matahari sebagian (GMS). Selain itu juga masyarakat bisa menyaksikan proses GMS melalui teleskop yang disediakan Obesrvatorium Ilmu Falak (OIF) UMSU.
Rektor UMSU Dr Agussani, MAP mengungkapkan kegembiraannya atas jumlah kunjungan warga yang melebihi perkiraan awal. “Saya bersyukur karena warga antusias mengikuti pelaksanaan shalat sunat gerhana matahari dan menyaksikan langsung proses terjadinya gerhana di kampus pascasarjana UMSU,” katanya.
Pihak UMSU sebelumnya hanya menyediakan sebanyak 500 kacamata yang akan diberikan kepada warga yang datang ke kampus UMSU untuk melihat gerhana matahari tersebut.
Namun disebabkan jumlah warga yang berkunjung semakin banyak, pihaknya menambah kacamata hingga 2.000 unit yang keseluruhannya habis didistribusikan.
“Warga yang datang diperkirakan lebih dari 2.000 orang. Sebanyak 2.000 kacamata yang kami siapkan, habis,” katanya.
Usai melaksanakan shalat gerhana dengan khatib, Drs H Dalail Ahmad, MA, Rektor UMSU, Dr Agussani, MAP bersama dengan Wakil Ketua PW Muhammadiyah Sumut, Prof Dr H Nawir Yuslem, MA turut menyaksikan fenomena gerhana matahari, tepat di lantai 7 gedung pascasarjana UMSU.
Menurut dia, UMSU merasa bersyukur karena bisa memfasilitasi masyarakat menyaksikan fenomena Gerhana Matahari melalui Observatorium Ilmu Falak. “Saya apresiasi sekali dengan antusias warga,” katanya.
Menurutnya, UMSU ikut serta memberikan informasi dan pengetahuan baru kepada warga Medan. Apalagi fenomena ini jarang terjadi di Indonesia.
Agussani menjelaskan, akan menyediakan fasilitas dan sejumlah alat baru untuk mengamati benda-benda di langit. Karena pada dasarnya pengembangan ilmu falak berhubungan erat dengan ilmu astronomi.
“Pengkajian benda-benda langit ini tidak sebatas hanya pada gerhana matahari, tapi fenomena alam di langit lainnya juga bisa disaksikan untuk dipelajari,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala OIF-UMSU, Dr. Arwin Juli Rakhmadi Butar-butar, mengatakan, Gerhana matahari total (GMT) yang terjadi di Indonesia pada 9 Maret ini adalah fenomena alam yang bisa disaksikan sekali dalam 350 tahun di titik yang sama di muka bumi. Untuk kawasan Medan khususnya, masyarakat hanya dapat menyaksikan gerhana matahari sebagian (GMS) dengan tingkat presentasenya sekitar 77 persen.
“Medan berada di luar daerah yang dilintasi totalitas gerhana. Karena itu masyarakat Medan hanya melihat GMS yang puncaknya terjadi sekitar pukul 7.30 WIB,” katanya.
Bukan hanya warga dari berbagai daerah di Sumut, Teresa Kim (24), warga asal Korea Selatan (Korsel) juga tertarik datang menyaksikan gerhana matahari di kampus Pascasarjana UMSU.
Dia mengaku senang bisa menyaksikan fenomena alam gerhana matahari karena seumur hidup baru pertama kalinya.
“Saya cukup senang bisa menyaksikan fenomena alam ini. Apalagi, ini sangat jarang terjadi,” kata Kim yang mengaku datang bersama rekannya dan langsung menjadi perhatian wartawan.***