Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) dan Lembaga Sensor Film Republik Indonesia (LSF RI), jalin kerjasama perfilm-an, penyensoran dan sosialisasi budaya sensor mandiri, dalam rangka menerapkan merdeka belajar di era kampus merdeka. Penantanganan MoU dilaksanakan di Auditorium UMSU – Jl. Kapten Muchtar Basri No.3 Kota Medan, Kamis (17/3).
Terjalinnya kerjasama ini dianggap sangat penting terkait perkembangan perfilm-an di era pandemi Covid-19 yang semakin luas. Media penayangan film yang dianggap strategis sebagai salah satu tontonan masyarakat tidak lagi hanya mencakup bioskop. Sebab, hadir Over-the-Top (OTT) sebagai media video streaming yang hampir semuanya tidak sesuai dengan kaidah lembga sensor film.
Pada kesempatan tersebut, Prof. Dr. Agussani, MAP teringat sensor perfilm-an masa lampau di bioskop, “Masih ingat dulu, kalau ada guntingan-guntingan film itu sangat dahsyat. Hingga sekarang, teknologi semakin berkembang tentu tidak lepas dari sensor film dan bagaimana memanfaatkannya,” ujar Prof. Agussani. Ia berharap, kerjasama dengan lembaga sensor film dapat memberikan pemahaman kepada mahasiswa agar lebih cerdas dalam memilih tontonan.
“Kami dengan terbuka siap untuk bekerjasama, dalam hal pelatihan-pelatihan melibatkan mahasiswa dan kebijakan-kebijakan LSF RI sesuai dengan pendidikan,” lanjut Prof. Agussani. Ia juga memperkenalkan secara singkat perjalanan UMSU dan mahasiswa-mahasiswi yang terlibat di dalam dunia entertaint seperi Nesa Aqila, Indah Nevertari dan sebaginya.
Menyambut harapan tersebut, Ketua komisi 2 bidang Pemantauan Hukum dan Advokasi LSF RI, Dr. Ahmad Yani Basuki, M.Si menjelaskan keberadaan LSF RI yang sduah ada sejak 1916. Menurutnya, keberadaan LFS RI menjadi sangat penting karena menyangkut budaya dan eksistensi negera.
“Terima kasih dan bangga sekali atas sambutan yang luar biasa baik. Kolaborasi LSF RI dengan UMSU ini sangat penting. Tugas LSF RI adalah melindungi masyarakat dari dampak negatif film, agar film yang ditayangkan sesuai dengan Undang-Undang dan falsafah negara. Tugas ini tidak bisa dikerjakan sendiri dan harus kolaboratif,” ujar Dr. Ahmad. Ia berpesan bahwa perkembangan dan perubahan adalah keniscayaan, namun ada sesuatu yang tidak boleh berubah yaitu tanggungjawab bersama terhadap bangsa dan negara.
Turut hadir Pimpinan Fakultas di Lingkungan UMSU, Ketua Subkomisi Data, Pelaporan dan Publikasi LFS, Dra. Rita Sri Hastuti, Ketua Subkomisi Dialog LFS, Noorca M Massardi dan mahasiswa UMSU. (Pny)