Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) gelar workshop tips dan trik publikasi artikel ilmiah di jurnal internasional bereputasi, jurnal nasional terakreditasi serta pendampingan penulisan buku. Menghadirkan Prof. Dr. Sutikno, M.T sebagai pemateri, Rabu (30/3) di Auditorium UMSU – Jalan Muchtar Basri No.3 Medan.
Rektor UMSU Prof. Dr. Agussani, MAP menjelaskan kegiatan ini salah satu upaya, tindaklanjut dari beberapa catatan penolakan usulan kenaikan jabatan fungsional lektor kepala dan guru besar dosen di UMSU. Di antaranya belum lolos penilianan jurnal scopus dan jurnal sinta, peer review karya ilmiah terindikasi keliru dan sederhana serta kelengkapan url.
“Kita berharap, Prof. Sutikno bisa memberikan trik dan tips kepada kita untuk memperhatikan tiga komponen yang masih menjadi catatan tersebut. Saya yakin kerja keras dan komitmen bersama dapat memberikan hasil yang terbaik,” ujar Prof. Agussani.
Dipandu oleh Dr. Emilda Sulasmi M.Pd selaku moderator, Prof. Sutikno memberikan pemahaman bahwa sistem promosi kepangkatan akademik dosen di Indonesia, tidak ada istilah ditolak. Apabila hasil penilaian kepangkatan akademik dosen belum lulus atau dikembalikan, maka harus segera ditindak lanjuti perbaikan-perbaikan dari tim penilai.
“Sejauh bapak dan ibu bisa menindak lanjuti, tolong segera segara ditindak lanjuti jangan menunggu dan menunda hingga lama agar proses bisa lebih cepat,” ujar Prof. Sutikno, dosen jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Semarang dan Anggota Tim Validasi Penilai Usulan Kenaikan Pangkat dan Jabatan Akademik Dosen ke Lektor dan Profesor di Kemristekdikti.
Beliau menegaskan bahwa setiap dosen dapat mengajukan kenaikan jabatan mulai dari asissten alih hingga profesor sesuai kompetensinya. Berbeda dengan negara lain yang apabila tidak lulus syarat awal tidak dapat mengajukan kenaikan pangkat.
Beberapa syarat artikel ilmiah untuk kenaikan pangkat di antaranya artikel dan jurnal publikasinya harus bereputasi baik bukan hanya sekadar scopus, hasil artikel sesuai dengan bidang kepakaran, memenuhi kaidah dan etika ilmiah, unsur-unsur karya ilmiah lengkap, memiliki nilai kebaruan serta hasil penelitiannya original.
“Asal artikelnya bagus, seandainya tidak ada indeks-indeks pun tidak masalah,” lanjutnya.
Sementara itu terkait jurnal internasional bereputasi, Prof. Suktino memberikan pemahaman bahwa sebagian besar penelitian di Indonesia ilmu pengetahuan yang diteliti masih sangat sederhana, sistem penelitian yang single fighter atau tidak kerja tim meski tertera nama penulis di jurnal secara tim. Berbeda dengan penilitian skala internasional yang membutuhkan pengetahuan dan teknologi tinggi dengan kedalaman tidak tertinggal serta sistem penelitian yang multi displin dan kolaboratif.
“Penelitian yang kolaboratif akan menghasilkan sebuat penelitian yang kompleks dan integratif yang bisa dilakukan terus menurus dari generasi hingga advance,” ujarnya.
Merujuk hasil penelitian dari Nicolasien dan Fradisen (2020), beliau memberikan tips dalam menulis artikel ilmiah jurnal internasional bereputasi, Pertama, refrensi yang digunakan sebagai rujukan minimal 40 refrensi. Kedua, data in brief dan review suatu buku tidak termasuk kategori karya ilmiah yang dapat dijadikan sebagai syarat kenaikan pangkat akdemisi. Ketiga, pilih gaya bahasa inggris (Amerika/Canada). Keempat perhatikan struktur penulisan dari tanda baca dan sebagainya.
“Kalau kita mau ambil lompatan, kita bisa arahkan anak-anak didik kita dalam membuat tulisan artikel ilmiah minimal dituntut 40 bacaan artikel jurnal. Itu masih rata-rata dunia, kalau mau di atasnya, minimal 50 bacaan,” tegas Prof. Sutikno.
Selanjutnya Prof. Sutikno menunjukan contoh-contoh terkait seperti peer review artikel ilmiah jurnal internasional dari UGM. Workshop yang dihadiri jajaran sivitas akademi dan dosen UMSU berlanjut pada dua sesi tanya jawab terkait kendala-kendala yang dihadapi. Kemudian diakhiri dengan sesi foto bersama.